225 research outputs found

    Perbaikan zona potensi longsor dengan metode elektrochemical injection.

    Get PDF
    Longsoran adalah salah satu jenis bencana yang sering dijumpai di Indonesia, baik skala kecil maupun besar. longsoran mudah terjadi pada tanah kohesif atau berbutir halus, dan pada saat jenuh air, karena pada saat tersebut nilai kuat geser dan kohesinya terendah. upaya pencegahan longsoran dapat dilakukan dengan membangun dinding penahan atau dengan geotekstil. namun metode ini masih dianggap terlalu mahal. untuk itu perlu dicari metode lain yang mudah dilakukan dan berbiaya rendah. tujuan utama penelitian ini adalah mencari alternatif perbaikan tanah pada lereng asli atau timbunan tanah yang berpotensi longsor. tujuan mendasar dari penelitian ini adalah memperbaiki sifat tanah kohesif, terutama meningkatkan kuat geser tanah (internal friction force) di tempat (in situ), manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya metode dan teknologi perbaikan tanah berbutir halus yang dapat dilakukan di tempat (insitu) dan berbiaya murah. dalam penelitian laboratorium ini perbaikan tanah dilakukan dengan memanfaatkan fenomena elektrokinetik. fenomena elektrokinetik menjelaskan adanya hubungan antara aliran air (hidarulik gradient) dengan aliran listrik (potensial gradient) pertama kali ditemukan oleh Reuss tahun 1809. dalam bidang geoteknik fenomena ini pertama kali dimanfaatkan oleh Casagrande tahun 1952 untuk menurunkan kandungan air (dewatering) pada tanah berbutirhalus, sehingga kuat gesernya meningkat. penelitian dilakukan dengan melakukan eksperimen laboratorium dengan skala percontohan. dalam model test dilakukan injeksi larutan kimia yang dapat berfungsi semen atau mengurangi sifat tanah lempung dalam menyerap air. pada percobaan kali ini digunakan tanah lempung kaolin, dengan pertimbangan bahwa jenis tanah lempung ini kemampuan serapan airnya paling rendah. sebelum dilakukan eksperimen contoh tanah lempung diuji beberapa sifat fisiknya. jenis larutan kimia yang digunakan antara lain CaCL2 dan Ca(OH)2. untuk mengetahui keberhasilan metode perbaikan tanah dilakukan dengan membandingkan sifat mekanis tanah sebelum dan sesudah dilakukan injeksi elektrokimia. metode pengujian mengikuti standar nasional Indonesia yang sesuai

    Standortsuche fĂŒr Siedlungsabfalldeponien im Surabaya-Gebiet und dessen Umgebung, Indonesien sowie Evaluierung der Tonsedimente als geologische Barriere und Rohstoff fĂŒr mineralische Deponiebasisabdichtungen

    Get PDF
    Die Standortsuche fĂŒr geeignete Deponien stellt ein bedeutendes Lösungselement zur Krise der Abfallbeseitigung in einer Großstadt dar. Diese Arbeit erlĂ€utert die Verwendung der Landeignungsanalyse bei der Deponiestandortsuche. In dieser Arbeit wurde auch eine Methode der Eignungsanalyse eines Standortes fĂŒr die mögliche Anlage einer Siedlungsabfalldeponie beschrieben

    Interpretation of Bouguer Anomaly to Determine Fault and Subsurface Structure at Blawan-ijen Geothermal Area

    Full text link
    Gravity survey has been acquired by Gravimeter Lacoste & Romberg G-1035 at Blawan-Ijen geothermal area. It was a focusing study from previous research. The residual Bouguer anomaly data was obtain after applying gravity data reduction, reduction to horizontal plane, and upward continuation. Result of Bouguer anomaly interpretation shows occurrence of new faults and their relative movement. Blawan fault (F1), F2, F3, and F6 are normal fault. Blawan fault is main fault controlling hot springs at Blawan-Ijen geothermal area. F4 and F5 are oblique fault and forming a graben at Banyupahit River. F7 is reverse fault. Subsurface model shows that Blawan-Ijen geothermal area was dominated by the Ijen caldera forming ignimbrite (ρ1=2.670 g/cm3), embedded shale and sand (ρ2=2.644 g/cm3) as Blawan lake sediments, magma intrusion (ρ3=2.814 g/cm3 & ρ7=2.821 g/cm3), andesite rock (ρ4=2.448 g/cm3) as geothermal reservoir, pyroclastic air fall deposits (ρ5=2.613 g/cm3) from Mt. Blau, and lava flow (ρ6=2.890 g/cm3)

    Pengaruh Jarak Pondasi Dari Tepi Lereng Dan Panjang Geotekstil Terhadap Daya Dukung Pondasi Menerus Pada Pemodelan Lereng Pasir

    Full text link
    Tanah lereng dijadikan sebagai dasar tanah untuk sebuah pemukiman ataupun pembangunan yang lain tentu memiliki resiko yang berkaitan dengan keamanan bangunan tersebut, mengingat bahwa daya dukung tanah di lereng jauh lebih kecil daripada tanah datar. Maka dari itu perlu adanya perkuatan tanah pada lereng berupa geotekstil. Analisa perkuatan dilakukan pada lereng pasir dengan kepadatan relatif 74% dengan variasi perkuatan jarak pondasi dari tepi lereng sebesar 1B, 1,5B, 2B serta variasi panjang perkuatan sebesar 0,45H, 0,52H, dan 0,59H. Hasil yang didapatkan semakin panjang perkuatan dan semakin besar jarak pondasi dari tepi lereng maka nilai daya dukung akan semakin meningkat yang dibuktikan dengan nilai BCI(u) sebesar 3,109

    Pengaruh Panjang Dan Jumlah Lapisan Geotekstil Terhadap Daya Dukung Pondasi Pada Pemodelan Lereng Pasir Kepadatan 74%

    Full text link
    Dewasa ini, pembangunan infrastruktur di atas lereng semakin sering dijumpai. Akan tetapi, permasalahan muncul karena daya dukung pondasi di atas lereng lebih kecil dibandingkan dengan daya dukung pondasi di tanah datar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel panjang dan jumlah lapisan geotekstil terhadap daya dukung pondasi di lereng. Pengujian dilakukan terhadap model lereng tanpa perkuatan dan yang diperkuat geotekstil. Untuk model lereng yang diperkuat geotekstil diberikan perlakuan variasi panjang geotekstil (L): L/H=0,45, L/H=0,52 dan L/H=0,59, serta variasi jumlah lapisan geotekstil (n): 1 lapisan, 2 lapisan dan 3 lapisan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perkuatan geotekstil dapat meningkatkan daya dukung pondasi di lereng. Hal ini berdasarkan hasil analisis Bearing Capacity Improvement yang menunjukkan nilai lebih dari 1. Panjang geotekstil yang dapat memberi nilai daya dukung terbesar dalam penelitian ini adalah L/H=0,59. Sedangkan jumlah lapisan yang dapat memberi nilai daya dukung terbesar dalam penelitian ini adalah 3 lapisan geotekstil

    IMPACT OF COAL MINING IN FOREST AREA TO CARBON EMISSION IN KUTAI KARTANEGARA, EAST KALIMANTAN

    Get PDF
    Coal mining is an activity that contribute to greenhouse gas emissions, both from methane gas release of coal trap and the loss of lan cover plants. This study was conducted to estimate carbon emissions in coal mining areas inside forest areas by analyzing changes in landcover. The area of this study is Kutai Kartanegara Regency, East Kalimantan, where coal mining activities are quite massive. To obtain the extent of changes in land cover and the amount of carbon emissions in the area, analysis of Landsat 5 TM and Landsat 7 ETM+ imagery in 2010 and also the 2016 Landsat 8 OLI / TIRS imagery was used. The results showed that in the area of study there was a change in landcover of 12,663.28 Ha in the forest areas used for coal mining activities. Carbon emissions generated from this activity amounted to 0.60 Mton CO2-E

    Gap Analysis on Existing Condition of Pantura Industry Management, East Java

    Get PDF
    The purpose of this study is to overview the gap between the theory and the existing condition towards Eco Industrial Park in the North Coast Region, East Java Province. We used gap analysis method.  The result shows that industrial area on the north coast region has been in appropriate with the spatial aspects on spatial planning documents of East Java Province. We still found a few industries that still have no waste water management (IPAL). We suggest immediate IPAL installation for industry that have no IPAL yet, and maintenance efforts for the industry that already has IPAL to optimize the function. Keywords: Eco-Industrial Park, environmental pollution, factors of production processes, Gap Analysi

    Identifikasi Reservoar Daerah Panasbumi Dengan Metode Geomagnetik Daerah Blawan Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi reservoar panasbumi dengan metode geomagnetik daerah Blawan Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat Proton Precision Magnetometer (PPM-856), Global Positioning System (GPS) dan termometer. Luas area penelitian 1100 meter dan 650 meter dengan menggunakan spasi 50 meter. Pengolahan data menggunakan koreksi IGRF, diurnal, pengangkatan ke atas dan reduksi ke kutub yang berguna untuk memudahkan interpretasi. Nilai kontur anomali lokal sekitar -800 nT sampai 960 nT. Pemodelan 2 dimensi menggunakan metode talwani menghasilkan pola distribusi manifestasi panasbumi berasal dari Pegunungan Kendeng yang mengalir ke Blawan melalui celah atau patahan. Reservoar panasbumi belawan terjadi akibat adanya intrusi batuan gunungapi sehingga pada daerah tersebut memiliki nilai suseptibilitas yang rendah dan suhunya sangat panas. Potensi lokasi reservoar berada di penampang A-B pada kedalaman 889 meter dan D-E pada kedalaman 905 meter. Pemodelan 3 dimensi menghasilkan volume sebesar 133.16 juta m3, suhu reservoar 70.2oC dan rapat daya spekulatif 10 MW/km2 serta konversi energi 10%

    Pengaruh Kedalaman Dan Lebar Pondasi Menerus Yang Diperkuat Dengan 3 Lapis Geogrid Dan Jarak Lapis Atas U = 0,75b Terhadap Daya Dukung Tanah Pasir Dengan Kepadatan Rc 70%

    Full text link
    Dalam pembangunan, hal yang harus diperhatikan adalah masalah pondasi. Pondasi merupakan struktur bawah dari suatu bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah. Pondasi berfungsi meneruskan beban yang ada diatasnya ke tanah dasar pondasi. Pembangunan pondasi diatas tanah pasir lepas kurang menguntungkan. Hal tersebut tentu memerlukan perbaikan tanah, guna menahan beban bangunan yang ada diatasnya. Caranya dengan perbaikan tanah geosintetik menggunakan geogrid. Berdasakan penelitian, didapatkan hasil bahwa semakin besar lebar pondasi dan rasio kedalaman pondasi maka semakin besar pula nilai daya dukung ultimatenya. Nilai daya dukung BCR untuk lebar pondasi meningkat seiring dengan semakin besarnya lebar pondasi. Sedangkan untuk rasio kedalaman didapatkan nilai d/B yang paling besar yaitu d/B = 0,5. Sehingga dari pelitian ini didapatkan nilai daya dukung paling besar yaitu pada lebar pondasi 10 cm dan rasio kedalaman d/B = 1. Sedangkan untuk nilai Bearing Capacity Ratio (BCR) yang paling optimum adalah pada lebar pondasi 10 cm dan rasio kedalaman d/B = 0,5
    • 

    corecore